Entri Populer

Senin, 23 Januari 2012

Bahaya Kesombongan

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
"Wahai manusia kalian semua fakir sangat membutuhkan Allah sedangkan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji." (al-Fathir: 15)

Status fakir di hadapan Allah swt kita sandang selamanya. Banyaknya memiliki sesuatu, baik harta maupun ilmu, sama sekali tidak mengangkat derajat kita menjadi kaya di hadapan Allah karena apa pun yang kita rasa sebagai milik kita sebenarnya bukanlah milik kita. Perasaan memiliki pada diri kita tidak sedikit pun mengubah kenyataan bahwa semua ini, bahkan diri-diri kita, adalah milik Allah semata.

Hari ini kita dapat mengatakan 'ini tangan saya, ini kaki saya dan ini kepala saya'. Tetapi seratus tahun lalu, jangankan menunjukkan tangan, kaki atau kepala, bahkan nama pun kita tidak punya. Siapakah yang pertama kali menciptakan tangan, kaki dan kepala ini? Allah yang menciptakan semua itu lebih pantas disebut pemilik sementara, kita lebih tepat disebut peminjam.

Hari ini kita dapat mengaku 'ini tanah saya'. Seratus tahun lalu tanah itu bukan milik kita, milik orang lain. Sebelumnya, milik orang lain lagi. Bapak kita Adam as adalah pemilik yang pertama. Tetapi sebelum bapak kita Adam hadir di bumi, bumi adalah tanah tak bertuan. Dia yang menciptakan bumi lebih pantas disebut pemilik bumi dan kita hanya menumpang untuk berpijak. Udara, sinar matahari, langit yang menaungi, rezeki yang datang setiap hari semua adalah milik Allah Ta'ala dan kita hanyalah para peminjam tanpa pernah membayar.

Adalah buruk mengaku-ngaku sesuatu yang bukan milik kita sebagai milik kita. Lebih memalukan lagi kalau seseorang merasa sombong dengan sesuatu yang bukan miliknya.

Kesombongan adalah salah satu penyakit qalbu yang paling mematikan. Penyakit ini membuat seseorang terlempar jauh dari hakikat kefakirannya. Bagaikan benda langit yang terpental dari orbitnya, kehancuran sedang menantinya. Sebelum hadirnya kesombongan di hati seseorang, hati itu terlebih dahulu telah dikuasai dua hal yang tidak kalah mengerikannya yaitu kebodohan dan kebohongan. Bodoh dalam arti tidak mengerti hakikat diri dan hakikat Tuhannya, bohong dalam arti membohongi diri sendiri karena setiap ekspresi kesombongan dalam rasa, kata dan gerak semuanya membelakangi kebenaran dan jauh dari kenyataan yang sebenarnya.

Bila kebodohan sudah tindih menindih, kebohongan semakin menjadi-jadi dan kesombongan sudah tidak dapat ditoleransi lagi maka hanya ada satu obat mujarab untuk membangunkannya, yaitu azab. Bersabda Nabi saw:
الْعِزُّ إِزَارُهُ وَالْكِبْرِيَاءُ رِدَاؤُهُ فَمَنْ يُنَازِعُنِي عَذَّبْتُهُ
" Kebesaran adalah pakaian-Nya dan kesombongan adalah selendang-Nya. (Allah Ta'ala berfirman): Barang siapa menyaingi Aku pada keduanya pasti Aku azab ia."
(HR. Muslim dari Abu Hurairah ra)

Rasa, kata dan sikap yang sombong ibarat magnet yang menarik bencana. Al-Quran mengisahkan nasib tiga mahluk Allah yang menebar kesombongan akhirnya menuai azab, tidak saja di akhirat tetapi di dunia pun sudah didapatkan. Mereka adalah Iblis, Fir'aun dan Qarun.

Iblis adalah bala tentara Allah Ta'ala dalam jajaran malaikat. Hanya saja bahan penciptaannya berbeda, malaikat dari cahaya dan Iblis dari api. Ketika Allah swt telah menyempurnakan penciptaan Adam as, Allah pun meniupkan ruh-Nya kepada Adam lantas memerintahkan malaikat untuk bersujud padanya. Mereka semua bersujud, kecuali Iblis. Melihat keengganan Iblis untuk bersujud, Allah pun bertanya motif pembangkangannya itu. Allah berfirman " Apa yang membuatmu tidak bersujud ketika Aku perintahkan?" Iblis menjawab," Aku lebih baik dari pada dia. Engkau ciptakan aku dari api sedangkan ia Engkau ciptakan dari tanah." Menanggapi sikap sombong Iblis yang tidak mau bersujud berikut alasan itu, Allah Ta'ala berfirman:
فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَنْ تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ
"Turunlah engkau dari surga karena tidak pantas engkau berlaku sombong di dalamnya. Keluarlah! Sesungguhnya engkau termasuk orang yang hina."(QS.al-A'raf: 13)

Datanglah kemudian Fir'aun dengan kesombongan lebih hebat di banding Iblis. Iblis masih mengakui Allah sebagi Rabb (Tuhan) yang menciptakannya. Fir'aun malah menyatakan," Ana Rabbukum al-A'lâ (Akulah Rabb kalian yang paling tinggi)."

Mendalami kisah Musa as dan Fir'aun dalam al-Quran membuat bulu kuduk merinding. Betapa tidak, Allah Ta'ala mengirim Musa yang masih bayi ke istana Fir'aun melalui aliran sungai Nil yang membelah istananya, lalu keluarga Fir'aun pun memungutnya dan membesarkannya. Kita bisa mengatakan, Musa dibesarkan oleh Fir'aun dengan uang dari koceknya sendiri tanpa sadar bahwa ia sedang membesarkan orang yang akan menenggelamkanya di laut Merah. Subhânallâh! Setalah dewasa, Musa diangkat menjadi Rasul Allah dengan dua misi, mengajak Fir'aun beriman kepada Allah dan membawa Bani Israil keluar dari Mesir. Fir'aun menolak ajakan Musa. Suatu malam Musa mendapat perintah Allah untuk membawa keluar bani Israil dari Mesir. Fir'aun dan bala tentaranya mengejar di belakang. Musa pun membelah laut Merah dengan tongkatnya. Bani Israil menyeberang dengan selamat. Jurang kematian menanti FIr'aun. Ketika Fir'aun sedang melintas di tengah lautan yang terbelah dengan maksud mengejar Bani Israil, Allah pun menutup laut itu kembali.Tragis, ketika hampir mati tenggelam Fir'aun bertaubat, sambil berkata:
آَمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا الَّذِي آَمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ
"Aku beriman bahwa tidak ada tuhan kecuali Tuhan yang diimani Bani Israil dan aku sekarang adalah seorang muslim."(QS.Yunus: 90).
Tetapi pintu taubat sudah tertutup baginya. Dia pun mati dalam azab.

Qarun sombong karena harta berlimpah. Saking kayanya, untuk memikul kunci-kunci tempat penyimpanan hartanya saja sudah memayahkan orang-orang kuat sekalipun. Menjawab nasehat orang yang mengajaknya beramal menggunakan harta Qorun dengan angkuh mengatakan:
إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي
"Harta ini aku dapatkan karena ilmuku."(QS.al-Qashash: 78)

Ketika Qarun sedang berjalan congkak dengan kemegahannya tiba-tiba Allah membuka bumi tempat ia berpijak dan menenggelamkan Qarun berikut rumah dan hartanya ke dalam bumi.

Bumi dan air sangat kita butuhkan. Bumi tempat berpijak dan air untuk kehidupan. Tapi melalui bumi dan air pula Allah membinasakan kedua mahluk yang sombong itu. Fir'aun mati tenggelam di laut, Qarun mati terbenam di bumi.

Kita tidak usah mencapai maqam kesombongan setinggi Iblis, sehebat Fir'aun atau seperti Qarun. Satu butir atom kesombongan yang bercokol di qalbu sudah cukup untuk menutup seluruh pintu surga. Bersabada Nabi kita saw:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
"Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan meski sebutir atom."
(HR. Muslim dari Abdullah bin Mas'ud ra)

Sebutir atom yang tidak dapat terlihat oleh kasat mata dapat menghalangi orang meraih kenikmatan surga seluas langit dan bumi. Bagaimana kalau sombongnya bukan hanya satu butir atom, tetapi berbutir-butir? Dan peluang untuk sombong sangatlah besar. Karena bahan untuk sombong demikian banyak. Kepintaran, ilmu, kegantengan, kecantikan, anak, harta, pengikut, nasab, kesalehan, semuanya dapat menjadi bahan untuk sombong.

Hadits tentang bahaya sombong di atas telah menggetarkan seorang laki-laki yang mendengarnya dan ia pun bertanya kepada Rasulullah saw," Seseorang itu tentu senang kalau pakaiannya bagus dan sandalnya pun indah. Apakah itu sombong?" Beliau saw menjawab pertanyaan tersebut dan menerangkan hakikat sombong," Allah itu Maha Indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran (bathru al-Haq) dan merendahkan orang lain (ghamtu al-Nâs).

Sombong rupanya tidak terkait dengan keindahan pakaian, kebagusan mobil, kemegahan rumah, kesusksesan anak-anak, banyaknya pengikut, ketinggian ilmu, kesalehan amal, tetapi rupanya kesombongan terkait dengan sikap dan perilaku kita ketika kita telah memperoleh semua itu. Kalau semua itu menjadi alasan bagi kita untuk mengatakan 'saya lebih baik dari anda karena saya lebih kaya, lebih pintar dan lebih sukses'lalu kita tidak mau mendengarkan kebenaran yang keluar dari lisan orang itu, maka itulah kesombongan.

Dan kalau itu yang terjadi, sebenarnay kita sedang mengundang datangnya bencana dari Allah. Dan rencana Allah demikian rapi. Fir'aun membesarkan Musa tanpa tahu bahwa ia akan ditenggelamkan oleh Musa di laut Merah. Sehingga tidak sulit bagi Allah untuk menghukum seseorang yang sombong melalui bahan-bahan kesombongannya sendiri, melalui hartanya, anaknya, pangkat, pengikut, kepintaran bahkan kesalehannya.

Hanya Allah swt al-Mutakabbir saja yang pantas untuk sombong karena ada dan tiada mahluk ada dalam kehendak-Nya sedangkan keberadaan-Nya sama sekali tidak bergantung pada mahluk-mahluk-Nya. Dia lah yang maha terpuji baik Zat, sifat maupun perbuatan-perbuatan-Nya. Sebagai hamba, hanya sembah sujud penuh kerendahan kita persembahkan di hadapan kebesaran dan keagungan-Nya seraya bertasbih:
سُبْحَانَ ذِي الْجَبَرُوتِ وَالْمَلَكُوتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ
"Maha suci Dia pemilik keperkasaan, kekuasaan, kebesaran dan keagungan."
(HR.Abu Dawud dari 'Auf bin Malik al-Asyja'i ra)

Senin, 09 Januari 2012

Mensyukuri Nikmat Umur

Semakin bertambah umur kita setahun, semakin dekat kepada ajal.dan semakin dekat dengan ajal. Semakin dekat pula dengan liang kubur.

Karena itu hendaklahumur kita yang ada sekarang ini dapat kita pergunakan sebaik-baiknya sebelum datang ajal, sebelum umur kita bercerai dengan badan.. Jangan terlambat dan jangan kita terperdaya karena kekuatan kita, karena kekayaan, karena pengaruh besar, semuanya itu akan berakhir bila malaikat maut sudah menceraikan roh kita dari badan.
Marilah kita perhatikan sabda nabi; sebaik-baik manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan umur yang panjang itu dipergunakan untuk membikin kebaikan sebanyak-banyaknya, dan sejahat-jahat manusia ialah orang yang di beri Tuhan umur panjang tetapi umur panjang itu dipergunakan untuk membikin kejahatan dan kerusuhan-kerusuhan saja.

Selanjutnya kita perhatikan pula sabda Nabi Muhammad SAW berikut: Siapa siapa yang sudah masuk umurnya empat puluh tahun tetapi kebaikannya belum dapat mengalahkan kejahatannya, maka lemparkanlah saja ke dalam api neraka jahanam. Dengan sabda Nabi tadi, itu dapatlah kita mengambil perhatian dan keainsyafan supaya kita dapat menggunakan umur kita yang berharga ini dengan sebaik-baiknya menurut apa yang telah di gariskan oleh agama kita serta diridhoi Allah SWT.

Umur yang yang kita pakai sekarang ini akan kita pertangggung jawabkan kepada Allah, untuk apa saja umur kita habiskan, untuk apa lagi umur kita pakai, semuanya diminta pertanggungjawaban olah Allah kepada kita. Baru saja selesai dikuburkannya jasad kita, belum lagi hilang jejak telapak kaki manusia yang mengantarkan ke kubur, pertama-tama yang ditanyakan Allah ialah mengenai umur, kemana dihabiskan dan untuk apa di gunakan.

Pada waktu itu tidak dapat berdusta sedikitpun, sebab seluruh anggota badan menjadi saksi tentang apa dan untuk apa dipergunakan umur yang sekian puluh tahun dipakai. Barulah pada hari itu timbul penyesalan yang mana penyesalan tidak berguna lagi sebab pintu rahmat dan ampunan sudah ditutup dan sesal kemudian tak ada gunanya lagi.

Menangislah, merataplah karena menyesali perbuatan-perbuatan pada waktu itu, namun tangis dan ratap tidak menolong sedikitpun. Umur akan melaporkan kepada Allah semua apa telah di perbuat dan di kerjakan didunia, dengan tidak dapat dikurangi dan ditambah sedikitpun. Umur akan menceritakan dihadapan Allah nantinya,bahwa aku selama berada di tubuh si anu sekian tahun lamanya, sekian kali dibawa bermaksiat, berjudi dan lain sebagainya.

Bagi manusia yang beriman kapada Allah pasti mempercayai bahwa pada suatu saat yang telah ditentukan umurnya akan bercerai dengan badan bila ajalnya sudah datang dan dia berpulang ke rahmatullah buat mempertanggungjawabkan umurnya kepada Allah. Bila kepercayaan ini sudah tumbuh dan sudah menjadi keyakinan yang kuat, masing-masing manusia tentu akan berhati-hati untuk sisa umurnya yang tinggal ini, yaitu penghabisan umur yang baik.

Sebagai penutup marilah kita gunakan kesempatan hidup kita untuk memperbaiki langkah kita yang lalu agar mencapai ke hidupan yang berbahagia dan sukses memperoleh kemenangan yang diridhoi oleh Allah SWT. Walllaahu a’lambissowab.

(H. Muhammad G. Rohedi, dari berbagai sumber

Tidurnya Nabi Muhammad Saw

Seandainya manusia tidak mendapatkan nikmat tidur, boleh jadi manusia akan menjadi makhluk yang paling buruk dan menderita di dunia”, benarkah demikian?

Salah satu hak yang harus dipenuhi oleh tubuh dan mata adalah tidur. Tidur merupakan salah satu bentuk nikmat Allah swt yang tiada terkira nilainya. Adanya nikmat tidur yang dianugerahkan Allah swt telah memberikan banyak hal kepada manusia. Entah bagaimana jadinya jika Allah swt tidak menganugerahi manusia dengan nikmat tidur tersebut, boleh jadi manusia akan menjadi makhluk yang paling buruk dan menderita di dunia.

Coba saja bayangkan bagaimana jika kita tidak tidur selama sebulan saja. Otak kita terus berputar memikirkan dan terpikirkan berbagai macam permasalahan, tanpa istirahat. Hati tidak pernah berhenti merasakan panasnya kehidupan, marah, sedih, kecewa, semuanya terus menumpuk tanpa jeda. Mungkin wajah kita akan tampak pucat, kusut, mata merah dan cekung, pipi kempot, badan kurus kering, lemah dan tanpa gairah, atau bahkan jadi suka marah-marah. Dari segi jasmani maupun kejiwaan, bukankah itu termasuk gambaran manusia yang sangat buruk dan menderita?

Untuk itulah, maka tidur ini merupakan nikmat yang sudah sepatutnya senantiasa di syukuri oleh seluruh manusia di muka bumi ini. Namun yang menjadi permasalahan adalah, bagaimanakah seharusnya manusia mensyukuri nikmat tidur tersebut?

Salah satu cara untuk mensyukuri nikmat tidur yaitu dengan cara menunaikannya dengan baik dan benar. Mengerjakan segala aspek yang berkaitan dengan nikmat tidur dengan baik, mulai dari ketika hendak tidur sampai setelah bangun tidur. Dan untuk itu semua, pemimpin seluruh umat muslim di dunia, Rasulullah Muhammad saw telah memberikan banyak keterangan yang jelas mengenai bagaimanakah seharusnya umat muslim memperlakukan nikmat tidur yang telah dianugerahkan Allah swt kepadanya. Rasulullah Muhammad saw senantiasa memperlakukan tidur dengan etika yang baik. Rasulullah Muhammad saw tidak pernah tidur, keduali dengan disertai etika tidur yang baik.

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab : 21)

Sebagai suri teladan yang baik, Rasulullah Muhammad saw telah banyak memberikan contoh bagaimana tata cara tidur yang baik. Berikut beberapa etika tidur yang sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana yang terdapat di dalam hadits-hadits Rasulullah Muhammad saw:

1. Berwudhu ketika akan tidur

“Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu sebagaimana wudhumu untuk melakukan sholat.” (HR. Al-Bukhari No. 247 dan Muslim No. 2710)

Dari al-Barra` bin Azib, Rasulullah Muhammad saw pernah bersabda, "Apabila kamu hendak tidur,maka berwudhulah (dengan sempurna) seperti kamu berwudhu untuk shalat, kemudian berbaringlah di atas sisi tubuhmu yang kanan".

2. Membaca doa akan tidur

Rasulullah Muhammad saw jika mau tidur berdoa, "Bismika Allahumma Amut wa Ahyaa" (Dengan nama-Mu ya Allah aku mati dan hidup) Bila bangun tidur berdoa, "Alhamdulillahillaji ahyana ba’da maa ama tanaa wa ilayhinnusur." (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah kami mati, dan kepada-Nya kami kembali." (HR. Muslim)

Al-Bara’ bin ‘Azib ra. berkata: “Sesungguhnya Rasulullah Muhammad saw bila berbaring di tempat tidurnya, beliau letakkan telapak tangannya yang kanan di bawah pipinya yang kanan, seraya berdoa: Robbi qinii ‘adzaabaka yawma tab’atsu ‘ibaadaka (Ya Robbi, peliharalah aku dari azab-Mu pada hari Kau bangkitkan seluruh hamba-Mu).” (HR. At Tarmidzi)

Hudzaifah ra. berkata: “Bila Rasulullah Muhammad saw berbaring di tempat tidurnya, maka beliau berdoa: Alloohumma bismika amuutu wa ahyaa (Ya Allah, dengan Asma-Mu aku mat dan aku hidup). Dan jika bangun dari tidurnya beliau berdoa: Alhamdu lillaahil-lladzii ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ilayhin-nusyuur (Segala puji bagi Allah, yang telah menghidupkan daku kembali setelah mematikan daku, dan kepada-Nya tempat kembali).” (HR. At Tarmidzi)

Dari Al Barra’ bin Azib ra berkata, "Apabila Rasulullah saw berada pada tempat tidurnya dan akan tidur maka beliau miring ke sebelah kanan, kemudian membaca: "Allahumma aslamtu nafsii ilaika wawajjahtu wajhi ilaika wafawwadhtu amrii ilaika wa alja’tu zhahrii ilaika raghbatan warahbatan ilaika laa malja-a walaa manja-a minka illaa ilaika. Aamantu bikitaabikalladzii anzalta wanabiyyikal ladzii arsalta (Wahai Allah, saya menyerahkan diriku kepada-Mu, menghadapkan mukaku kepada-Mu, menyerahkan semua urusanku kepada-Mu, dan menyandarkan punggungku kepada-Mu dengan penuh harapan dan takut kepada-Mu, tidak ada tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari siksaan-Mu kecuali hanya kepada-Mu. Saya beriman dengan kitab yang Engkau turunkan dari nabi yang Engkau utus." (HR. Bukhari)

3. Miring ke sebelah kanan

Hendaknya tidur dalam keadaan sudah berwudhu, sebagaimana hadits Rasulullah Muhammad saw yang artinya: “Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu.” (HR. Al-Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)

Dari al-Barra` bin Azib, Rasulullah Muhammad saw pernah bersabda, "Apabila kamu hendak tidur,maka berwudhulah (dengan sempurna) seperti kamu berwudhu untuk shalat, kemudian berbaringlah di atas sisi tubuhmu yang kanan".

4. Meletakkan tangan di bawah pipi sebelah kanan

“Rasulullah Muhammad saw apabila tidur meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya.” (HR. Abu Dawud no. 5045, At Tirmidzi No. 3395, Ibnu Majah No. 3877 dan Ibnu Hibban No. 2350)

5. Membaca surat surat Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Naas

Aisyah ra. berkata: “Bila Rasulullah Muhammad saw berbaring di tempat tidurnya, beliau kumpulkan kedua telapak tangannya, lalu meniup keduanya dan dibaca pada keduanya surat Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Naas. Kemudian disapunya seluruh badan yang dapat disapunya dengan kedua tangannya. Beliau mulai dari kepalanya, mukanya dan bagian depan dari badannya. Beliau lakukan hal ini sebanyak tiga kali.” (HR. At Tarmidzi)

6. Tidurlah di awal malam

“Beliau saw tidur di awal malam dan menghidupkan akhir malam.” (Mutafaq ’Alaih)

“Bahwasanya Rasulullah Muhammad saw membenci tidur malam sebelum (sholat Isya) dan berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat) setelahnya.” (Hadist Riwayat Al-Bukhari No. 568 dan Muslim No. 647 (235))

7. Tidak tidur dengan posisi telungkup (tengkurap)

“Sesungguhnya (posisi tidur tengkurap) itu adalah posisi tidur yang dimurkai Allah Azza Wa Jalla.” (HR. Abu Dawud dengan sanad yang shohih)

8. Berdoa ketika bangun tidur

Rasulullah Muhammad saw jika mau tidur berdoa, "Bismika Allahumma Amut wa Ahyaa" (Dengan nama-Mu ya Allah aku mati dan hidup) Bila bangun tidur berdoa, "Alhamdulillahillaji ahyana ba’da maa ama tanaa wa ilayhinnusur." (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah kami mati, dan kepada-Nya kami kembali." (HR. Muslim)

9. Mengusap Bekas tidur

“Maka bangunlah Rasulullah Muhammad saw dari tidurnya kemudian duduk sambil mengusap wajah dengan tangannya.” (HR. Muslim No. 763 (182)

10. Beristinsyaq, beristintsaar dan bersiwak ketika bangun tidur

“Apabila salah seorang di antara kalian bangun dari tidurnya, maka beristintsaarlah tiga kali karena sesunggguhnya syaitan bermalam di rongga hidungnya.” (HR. Bukhari No. 3295 dan Muslim No. 238)

Beristinsyaq dan beristintsaar adalah menghirup kemudian mengeluarkan atau menyemburkan kembali air dari hidung.

“Apabila Rasulullah Muhammad saw bangun malam membersihkan mulutnya dengan bersiwak.” (HR. Al Bukhari No. 245 dan Muslim No. 255)



Demikianlah Rasulullah Muhammad saw menunaikan hak-hak tidur yang telah diberikan Allah swt kepadanya. Dan sebagai umat Islam yang beriman kepada Allah swt dan Rasulullah Muhammad saw, maka sudah sepatutnya umat muslim menunaikan nikmat tidur tersebut sebagaimana yang telah dicontohkan dan diajarkan oleh Rasulullah Muhammad saw.

Wallahua’lam

Pembuka Pintu Rezeki (bagian:1)

ecara umum rezeki adalah segala pemberian yang dapat dimanfaatkan, baik material maupun spiritual, dunia maupun akhirat.

Artinya, makanan, pakaian, rumah, kendaraan, kesehatan adalah rezeki dan kecerdasan, ilmu dan hikmah adalah rezeki pula. Orang kaya harta tetapi enggan membayar zakat dan menolong orang yang kekurangan adalah contoh orang yang kaya rezeki lahiriah tetapi miskin rezeki batiniah. Orang yang kekurangan makanan dan pakaian, tidak mempunyai tempat tinggal dan kendaraan, tubuhnya pun penyakitan tetapi hatinya selalu bersabar, tidak pernah mengeluh bahkan selalu taat kepada Allah swt dan bersyukur adalah contoh orang yang miskin rezeki lahiriah tetapi kaya rezeki batiniah. Orang yang kaya harta tetapi tidak bersyukur bahkan bermaksiat kepada Allah Ta’ala adalah contoh orang yang kaya rezeki duniawi tetapi bakal miskin rezeki di akherat nanti.


Menurut al-Imam al-Ghazali (semoga Allah merahmatinya), ketika membahas nama Allah Ta’ala al-Razzâq dalam al-Maqâshi al-asnâ fî syarh asmâillâh al-husnâ, rezeki ada dua macam, rezeki lahiriah dan rezeki batiniah. Rezeki lahiriah berupa berbagai jenis makanan untuk keperluan tubuh, sedangkan rezeki batiniah berupa pengetahuan (al-ma’ârif ) dan penyingkapan ruhaniah (al-mukasyafât) yang merupakan kebutuhan hati (al-qulûb) dan rahasia (al-asrâr)

Kita semua ingin menjadi orang yang kaya rezeki secara lahiriah dan kaya rezeki batiniah, dunia dan akherat. kalau pun tidak kaya bercukupan pun sudah luar biasa.

Apakah rezeki dapat bertambah?

Bila kita amati makanan, pakaian, uang, kesehatan, ilmu atau hikmah yang kita peroleh dalam satu bulan saja, maka pastilah kita dapati terjadi penambahan atau pengurangan. Mungkin di satu sisi ada makanan beraneka rupa tetapi di sisi lain tubuh kita menderita sakit. Atau, uang bertambah tetapi ilmu tidak bertambah.

Dari sudut pandang agama, dengan mengamati dalil-dalil al-Quran dan hadits Nabi saw, kita dapat menyimpulkan bahwa rezeki seseorang mungkin saja meluas (bertambah) atau justru menyempit (berkurang)

" Allah meluaskan rezeki siapa saja yang Ia kehendaki dan menyempitkan (rezeki siapa saja yng Ia kehendaki)…" (QS.13: 26)

"Dan Allah memberikan rezeki kepada siapa yang ia kehendaki tanpa batas." (QS.24: 38)

"Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Ia akan mengadakan baginya jalan keluar (dari kesulitan) dan memberinya rezeki dari arah yang tidak diduga."
(QS.65: 2-3)

Abu Hurairah ra meriwayatkan: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, "Barang siapa suka rezekinya diluaskan dan umurnya dipanjangkan hendaklah ia menyambung silaturahmi." (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Tsauban ra meriwayatkan, Nabi saw bersabda," Tidak ada yang dapat menambah umur kecuali kebaktian (al-birr) dan tidak ada yang dapat menolak takdir (al-qadr) kecuali doa. Seseorang itu benar-benar terhalang dari rezeki karena dosa yang ia perbuat." (HR. Ibnu Majah dan al-Hakim, al-Hakim berkata: sanadnya sahih)

Lantas para ulama pun kemudian membuat klasifikasi rezeki yang sudah pasti dan rezeki yang mungkin diperoleh manusia melalui perbuatan tertentu. Di antara ulama ada yang membagi rezeki menjadi empat macam:

1.Rezeki yang sudah dijamin
2.Rezeki yang digantungkan pada usaha (kasab)
3.Rezeki yang dijanjikan
4.Rezeki dari arah yang tidak diduga

1.Rezeki yang sudah dijamin
Ketika janin dalam kandungan berusia 120 hari maka Allah Ta’ala mengutus malaikat untuk meniupkan ruh ke janin tersebut dan mencatatkan empat hal, yaitu: umur, rezeki, perbuatan dan suka dukanya. Rezeki yang dicatat ini adalah rezeki yang dijamin pasti akan didapatkan oleh orang tersebut karena bersesuaian dengan umurnya. Jika rezeki ini habis maka ajal pun tiba, atau jika sudah datang ajal maka rezeki ini pun habis

Jabir bin Abdullah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda," Janganlah kalian menganggap rezeki datang terlambat karena seorang hamba tidak akan mati hingga rezeki yang menjadi haknya sampai kepadanya. Oleh karena itu baguskanlah usaha, ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram." (HR. Ibnu Hibban, berkata al-Arnauth: sanadnya sahih menurut kriteria Imam Muslim)

2. Rezeki yang digantungkan pada usaha (kasab)
Rezeki jenis ini merupakan karunia Allah (fadhullâh) yang diberikan kepada siapa yang mencarinya. Allah Ta’ala menciptakan tangan dengan tujuan tertentu, demikian pula kaki, mata, telinga, mulut dan otak bahkan langit dan bumi. Jika kita menggunakan ciptaan-ciptaan tadi sesuai tujuan penciptaannya maka itu merupakan bagian dari ungkapan syukur. Syukur ini pasti mengundang datangnya nikmat. Semakin optimal seseorang mengaktualisasikan potensi yang Allah berikan padanya semakin banyak pula curahan rezeki terlimpah padanya. Karena itu meminta-minta adalah hal tercela dalam pandangan agama, kecuali bagi orang yang benar-benar miskin, bangkrut usahanya sampai ia bisa bangkit kembali dan orang yang dililit hutang. Selebihnya, orang harus bekerja menjemput karunia Allah Ta’ala, apalagi jika tubuhnya sehat dan kuat.

3. Rezeki yang dijanjikan
Rejeki jenis ini biasanya dikaitkan dengan suatu amal tertentu, misalnya sedekah, silaturahmi, niat yang benar, istighfar dan lain sebagainya. Apalagi rezeki yang bakal diterima di akherat nanti sangat tergantung dari amal-amal yang telah dilakukan oleh seseorang. Point ini yang pada pembicaraan ke depan akan diperdalam guna meneliti amal-amal yang kiranya dapat membuka pintu-pintu rezeki.

4.Rezeki dari arah yang tidak diduga
Rezeki sebenarnya termasuk bagian dari rezeki yang dijanjikan tetapi karena keistimewaannya maka tidak salah jika dimasukkan dalam bagian tersendiri. Hanya ada dua amal yang dapat mengundang datangnya rezeki dari arah yang tidak diduga ini, pertama yang disebutkan dalam al-Quran, yaitu: Takwa dan yang kedua yang disebutkan melalui al-Hadits, yaitu: melanggengkan (dawam) istighfar.

Al-Imam al-Suyûthî (semoga Allah merahmatinya) menulis tentang cara-cara membuka pintu rezeki berdasarkan hadits-hadits dalam sebuah risalah berjudul Hushûl al-Rifq bi ushûl al-Rizq. Beliau membagi menjadi dua kelompok, kelompok pertama berupa dzikir-dzikir dan doa, sedangkan kelompok kedua berupa perbuatan-perbuatan.

Dr. Fadh Ilahi, dalam sebuah risalah kecil, menghimpun sepuluh amal untuk meluaskan rezeki berdasarkan al-Quran dan al-Sunnah.

Berikut ini beberapa dzikir, doa dan perbuatan yang dapat menjadi wasilah (perantara antara seorang hamba dengan Allah Al-Razzâq) bagi terbukanya berbagai pintu rezeki dan kemudahan yang diambil dari berbagai sumber, terutama dari kedua sumber di atas.

AMAL-AMAL PEMBUKA PINTU REZEKI

A. DZIKIR DAN DOA
B. PERBUATAN_PERBUATAN

A. Dzikir dan Doa

1.Membaca لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
Abu Hurairah ra meriwayatkan, Rasulullah saw bersabda," Barang siapa yang Allah pakaikan baginya kenikmatan hendaklah banyak mengucapkan alhamdulillah. Barang siapa yang banyak dosanya hendaklah beristighfar kepada Allah. Dan barang siapa yang lambat datang rezekinya hendaklah banyak mengucapkan lâ hawla walâ quwwata illâ billâh (tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)." (HR. al-Thabrani di al-Awsath)

Asad Ibn Wâdi’ah ra meriwayatkan, Nabi saw bersabda," Barang siapa mengucapkan lâ hawla walâ quwwata illâ billâhil ’aliyyil ’azhîm (tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung) sebanyak 100 X setiap hari maka tidak akan tertimpa kefakiran selamanya." (HR. Ibn Abi al-Dunyâ)

2. Membaca لا إله إلا الله الملك الحق المبين
Abu al-Nu’aim meriwayatkan dari Malik bin Anas dan al-Dailami dalam musnad al-Firdaus dari ’Ali ra, Nabi saw bersabda," Barang siapa setiap hari membaca lâ ilâha illallâh al-malikul haqqul mubîn (tidak ada tuhan selain Allah yang Maha Benar lagi Maha Nyata) sebanyak 100 X, maka bacaan itu akan menjadi keamanan dari kefakiran dan menjadi penenteram dari rasa takut dalam qubur." (HR. Abu Nu’aim dan al-Dailami)

3. Melanggengkan (dawam) beristighfar
Ibn ’Abbas ra meriwayatkan, Rasulullah saw bersabda," Barang siapa melanggengkan istighfar (astaghfirullâh=aku mohon ampunan kepada Allah) niscaya Allah melapangkan segala kesempitan hidupnya, mengeluarkan ia dari segala kesusahan dan memberikan ia rezeki dari arah yang tidak diduganya." (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah)

4. Membaca surat al-Ikhlas ketika masuk rumah
Ibn Mas’ud meriwayatkan, Rasulullah saw bersabda," Barang siapa yang membaca qul huwallâhu ahad…(surat al-Ikhlas) ketika masuk rumah maka (berkah bacaan) menghilangkan kefakiran dari penghuni rumah dan tetangganya."(HR. al-Thabrani)

5. Membaca surat al-Waqi’ah setiap malam
Ibn Mas’ud ra meriwayatkan: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda," Barang siapa membaca surat al-Waqi’ah setiap malam maka tidak akan ditimpa kesempitan hidup." (HR. al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman)

Anas ra meriwayatkan, Rasulullah saw bersabda," Surat al-Waqi’ah adalah surat kaya karena itu bacalah dan ajarkanlah surat itu pada anak-anak kalian."(HR. Ibn Mardawiyyah)

6. Memperbanyak shalawat atas Nabi saw
Ubay bin Ka’ab meriwayatkan: Bila telah berlalu sepertiga malam Rasulullah saw berdiri seraya bersabda," Wahai manusia, berdzikirlah mengingat Allah, berdzikirlah mengingat Allah. Akan datang tiupan (sangkakala kiamat) pertama kemudian diiringi tiupan kedua. Akan datang kematian dan segala kesulitan yang ada di dalamnya."
Berkata Ubay," Wahai Raulullah, aku memperbanyak bershalawat atasmu, lantas berapa kadar banyaknya shalawat yang sebaiknya aku lakukan?"
Beliau saw menjawab," Berapa banyaknya terserah padamu."
Ubay berkata," Bagaimana kalau seperempat (dari seluruh doa yang aku panjatkan)?"
Beliau menjawab," Terserah padamu. Tetapi jika engkau menambah maka akan lebih baik lagi."
Ubay berkata," Bagaimana jika setengah?"
Beliau saw menjawab," Terserah padamu, tatapi jika engkah menambah maka akan lebih baik lagi."
Ubay berkata," Bagaimana jika duapertiga?"
Beliau saw menjawab,"Terserah padamu, tetapi jika engkau menambah maka akan lebih baik lagi."
Ubay berkata," Kalau demikian maka aku jadikan seluruh doaku adalah shalawat untukmu."
Bersabda Nabi saw," Jika demikian halnya maka akan tercukupi segala keinginanmu dan diampuni segala dosamu."

7. Membaca
سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ

Ibn ’Umar ra meriwayatkan: Seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah saw," Wahai Rasulullah, dunia telah berpaling dariku sedangkan dayaku pun lemah." Maka Rasulullah saw pun bersabda," Mengapa engkau tidak menggunakan shalat para malaikat dan tasbih segenap mahluk yang dengan itu mereka diberikan rezeki?" Laki-laki itu bertanya," Apakah itu, wahai Rasulullah?"
Beliau bersabda," Katakanlah: subhânallâh wa bihamdihî, subhânallâhil ’azhîm, astaghfirullâh (maha suci Allah dan pujian bagi-Nya, maha suci Allah yang Maha Agung, aku mohon ampunan kepada Allah) sebanyak 100x di antara waktu terbit fajar sampai shalat subuh. Maka dunia akan datang kepadamu dengan sendirinya dan Allah Azza wa Jalla menciptakan dari setiap kalimat itu seorang malaikat yang bertasbih kepada Allah Ta’ala sampai hari kiamat yang pahala tasbihnya itu diberikan untukmu." (HR. al-Mustaghfiri dalam al-Da’awât, dinukilkan dari Ihyâ Ulûmiddin al-Ghazali)

Amalan Sebelum Tidur ( sebuah pesan Rasulullah )

Pada suatu hari Rasulullah SAW masuk ke rumah putrinya Sayyidah Fathimah. Ketika itu, Fathimah sudah siap-siap berbaring untuk tidur. Rasulullah SAW lalu berkata, “Wahai Fathimah putriku, lâ tanâmi. Janganlah engkau tidur sebelum engkau lakukan empat hal; mengkhatam Al-Quran, memperoleh syafaat dari para nabi, membuat hati kaum Mukminin dan mukminat senang dan rida kepadamu, serta melakukan haji dan umrah.”

Fathimah bertanya, “Bagaimana mungkin aku melakukan itu semua sebelum tidur?” Rasulullah saw menjawab, “Sebelum tidur, bacalah oleh kamu Qul huwallâhu ahad tiga kali. Itu sama nilainya dengan mengkhatam Al-Quran.”

Yang dimaksud dengan Qul huwallâhu ahad adalah seluruh surat Al-Ikhlas, bukan ayat pertamanya saja. Dalam banyak hadis, sering kali suatu surat disebut dengan ayat pertamanya. Misalnya surat Al-Insyirah yang sering disebut dengan surat Alam nasyrah.

Rasulullah saw melanjutkan ucapannya, “Kemudian supaya engkau mendapat syafaat dariku dan para nabi sebelumku, bacalah shalawat: “Allâhumma shalli ‘alâ Muhammad wa ‘alâ âli Muhammad, kamâ shalayta ‘alâ Ibrâhim wa ‘alâ âli Ibrâhim. Allâhumma bârik ‘alâ Muhammad wa ‘alâ âli Muhammad, kamâ bârakta ‘alâ Ibrâhim wa ‘alâ âli Ibrâhim fil ‘âlamina innaka hamîdun majîd.”

“Kemudian supaya kamu memperoleh rasa ridha dari kaum mukminin dan mukminat, supaya kamu disenangi oleh mereka, dan supaya kamu juga ridha kepada mereka, bacalah istighfar bagi dirimu, orang tuamu, dan seluruh kaum mukminin dan mukminat.”

Tidak disebutkan dalam hadis itu istighfar seperti apa yang harus dibaca. Yang jelas, dalam istighfar itu kita mohonkan ampunan bagi orang-orang lain selain diri kita sendiri. Untuk apa kita memohon ampunan bagi orang lain? Agar kita tidur dengan membawa hati yang bersih, tidak membawa kebencian atau kejengkelan kepada sesama kaum muslimin. Kita mohonkan ampunan kepada Allah untuk semua orang yang pernah berbuat salah terhadap kita. Hal itu tentu saja tidak mudah. Sulit bagi kita untuk memaafkan orang yang pernah menyakiti hati kita. Bila kita tidur dengan menyimpan dendam, tanpa memaafkan orang lain, kita akan tidur dengan membawa penyakit hati. Bahkan mungkin kita tak akan bisa tidur. Sekalipun kita tidur, tidur kita akan memberikan mimpi buruk bagi kita. Penyakit hati itu akan tumbuh dan berkembang ketika kita tidur. Dari penyakit hati itulah lahir penyakit-penyakit jiwa dan penyakit-penyakit fisik. Orang yang stress harus membiasakan diri memohonkan ampunan kepada Allah untuk orang-orang yang membuatnya stress sebelum ia beranjak tidur.

Dalam hadis itu tidak dicontohkan istighfar macam apa yang harus kita baca. Tapi ada satu istighfar yang telah dicontohkan oleh orang tua-orang tua kita di kampung. Biasanya setelah salat maghrib, mereka membaca: “Astaghfirullâhal azhîm lî wa lî wâlidayya wa lî ashâbil huqûqi wajibâti ‘alayya wal masyâikhina wal ikhwâninâ wa li jamî’il muslimîna wal muslimât wal mukminîna wal mukminât, al ahyâiminhum wal amwât. Ya Allah, aku mohonkan ampunan pada-Mu bagi diriku dan kedua orang tuaku, bagi semua keluarga yang menjadi kewajiban bagiku untuk mengurus mereka. Ampuni juga guru-guru kami, saudara-saudara kami, muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat.”

Apabila kita amalkan istighfar itu sebelum tidur, paling tidak kita telah meminta ampun untuk orang tua kita. Istighfar kita, insya Allah, akan membuat orang tua kita di alam Barzah senang kepada kita. Istighfar itu pun akan menghibur mereka dalam perjalanan mereka di alam Barzah. Manfaat paling besar dari membaca istighfar adalah menentramkan tidur kita.

Nasihat terakhir dari Rasulullah saw kepada Fathimah adalah, “Sebelum tidur, hendaknya kamu lakukan haji dan umrah.” Bagaimana caranya? Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang membaca subhânallâh wal hamdulillâh wa lâ ilâha ilallâh huwallâhu akbar, ia dinilai sama dengan orang yang melakukan haji dan umrah.”

Menurut Rasulullah saw, barangsiapa yang membaca wirid itu lalu tertidur pulas, kemudian dia bangun kembali, Allah menghitung waktu tidurnya sebagai waktu berzikir sehingga orang itu dianggap sebagai orang yang berzikir terus menerus. Tidurnya bukanlah tidur ghaflah (cuek), tidur kelalaian, tapi tidur dalam keadaan berzikir.

Sebetulnya, bila sebelum tidur kita membaca zikir, tubuh kita akan tertidur tapi ruh kita akan terus berzikir. Sekiranya orang itu terbangun di tengah tidurnya, niscaya dari mulut orang itu akan keluar zikir asma Allah. ■ Wallahualam bissawab

masih adakah harapan untukku

Terkadang hidup ini tidak bisa kita tebak. Dia selalu datang tiap waktu tiap menit dan tisp detik. Hidup pula yang menyatukan hati manusia untuk merasakan dan muncullah pemikiran yang rasional tentang arti hidup itu sebenarnya. Akupun menyadari akan hakikat itu. Saat aku merasakan menikmatinya tak kuasa hatikupun larut dalam hanyutan, buayan dan bisikkannya yang manis dan menggetarkan jiwa ini. Tak sedikit orang merasakan manis bahkan juga merasakan pahitnya hidup ini. demikian juga aku, terkadang goncangan demi goncangan hidup dan realitanya semakin melenakan dan membutakan hati bahkan menusuk dan melukai perasaan di dada. Mungkin saja ini hanya sekedar halusinasi diriku namun inipun bisa menjadi suatu kenyataan yang pahit bahkan nyeri yang kurasakan. Perasaanku yang sering terombang ambing tanpa arah tanpa tujuan tanpa perhatian yang tertuju kapankah atau entah hidupku ini akan berubah. Aku tak bisa menampik rasa dan perasaan yang sering meluluh lantakkan dinding sanubari ini bahkan kenyataan itupun datang dan pergi tanpa pesan tanpa penjelasan kapan keberuntungan itu akan berpihak. Mungkinkah ini yang disebut garis nasib yang tak bisa kita ramal bahkan kita tuangkan dalam schedule ataupun rencana atau rancangan diri kita di masa yang akan datang. terkadang sekali saja aku merasakan buaiannya namun berkali-kali juga dia menenggelamkanku ke dasar samudera yang tak bisa terlampaui. Bahkan hatikupun terkulai lemah tak berdaya meratap dan memohon untuk segera merubah haluan. Tak hanya perlu ketegaran yang bisa kuserahkan bahkan jiwa maupun raga ini pun telah seringkali kukorbankan. Kepastian, ketepatan dan harapan telah seringkali kuserahkan demi hidup demi menikmati apa yang Tuhan berikan.